Senin, 12 Juli 2010 0 komentar

pacaran ISLAMI

Banyak sekali dari kita yang tertipu dengan embel-embel islami. Bahkan itu dari partai politik, buku, majalah, atau yang lainnya yang di–embel-embeli islam pada slogannya. Akan tetapi isinya jauh dari norma dan tatanan islam. Di sebagian masyarakat berpandangan bahwa embel-embel islami tersebut membuat islam semakin bercahaya, dan terang. Akan tetapi hakikatnya embel-embel tersebut sebenarnya semakin membuat islam itu sendiri redup dan tak bercahaya, semakin membuat kerdil islam yang universal itu. Kalau, itu kalau memang isinya jauh dari tatanan islam. Kalau isinya memang udah betul and bener dengan apa yang digariskan oleh islam, ya lain lagi. Di antara slogan atau embel-embel islam tersebut yang membuat miris untuk didengar adalah pacaran islami. Aduh siapa sih yang sempet-sempetnya bikin slogan kayak gitu. Pacaran islami ! Aduh manit-amit. Perlu tau yach, dari zaman nenek moyang yang nomor tujuh atau bahkan jauh diatas nenek moyang yang ke tujuh, nggak ada dalam islam slogan kayak gituan. Trus prakteknya kayak apaan dong? Apakah orang yang pacaran kalau mau kencan baca salam dulu? Pakai pakaian islami,? Aduh, bahaya fren! Itu jelas dari syetan. Hati-hati kamu. Tapi bagi kamu-kamu yang nyempet-nyempetin atau udah memakai slogan itu tadi, kamu harus cepet-cepet buka kamus besar kamu. Eh, nyambung nggak nich, ngapain kok pakai buka kamus segala? Maksudnya kamu harus koreksi lagi definisi pacaran. Apa itu pacaran?. Karena pada dasarnya nggak ada hal di dunia ini yang tata caranya belum diatur oleh islam. …Pada hari ini telah ku sempurnakan untuk kamu agamamu..(QS. al-Maidah/5:3) Nah, kalau kamu udah buka kamus besar kamu, sekarang kamu tinggal nyocokin defenisi pacaran yang ada pada kamus besar kamu dengan tatanan yang udah digariskan oleh islam. Kalau ternyata pacaran dalam kamus besar kamu, adalah saling pandang, apel pada hari minggu, saling pegang, jalan bareng, atau bahkan (na'udzu billah) ciuman dan zina, maka kamus besar kamu itu salah dalam mendefinisikan pacaran. Karena dalam islam hal-hal yang semacam itu adalah terlarang, jadi pacaran kamu adalah terlarang, cinta yang selama ini kamu jalin adalah cinta terlarang. Tapi kalau kamus besar kamu mengatakan kalau pacaran itu hanya sebatas rasa suka pada lain jenis, itu sih masih mending, nggak apa-apa. Karena setiap insan emang dititipi Alloh naluri kayak gituan (rasa suka), cuman pelampiasannya itu yang perlu di garis bawahi, dan sebenarnya kalau mau jujur pacaran yang selama ini melanda para remaja itu bukan hanya sebatas rasa cinta, cinta yang suci, namun nafsu picik dan keji. Ok aja kalau kamu masih getol dengan slogan pacaran islami. Tapi realisasinya , jangan pacaran yang kayak gituan. kalau boleh ikut mendefinisikan pacaran islami, pacaran islami adalah sebuah rasa suka, ya hanya sebatas rasa suka. Atau pacaran yang dalam pelaksanaannya tidak melakukan hal-hal yang dilarang oleh agama atau menyebabkan bisa menggiring kepada hal-hal yang dilarang oleh agama. Seperti surat-menyurat, saling sms, kirim email, atau telepon yang isinya menjurus ke arah yang diharamkan. Agama nggak ngelarang kirim surat, atau sms kok, tapi isinya harus lulus sensor dulu. Juga hal-hal seperti itu adalah salah satu taktik jitu syetan dalam njerumusin kamu, yaitu dari sedikit demi sedikit lama-lama menjadi bukit, sifatnya menggiring, makanya hati-hati!. Dalam qoidah fiqih juga disebutkan lil wasaa'il khukmul maqoosid, bagi perantaraan- perantaraan dihukumi sebagaimana tujuannya. Artinya, kalau kita nulis surat atau kirim sms yang isinya janjian kencan yang mana kencan itu sendiri hal yang diharamkan agama maka hukumnya surat atau sms tadi (wasaa'il) itu sebagaimana tindak-tanduk yang dilakukan pada saat kencan (maqoosid). Begitu juga sebaliknya, kalau kita sms toex ngajak sobat kita ikut pengajian misalnya, maka hukumnya sms (wasaa'il) itu sebagaimana hukumnya mendengarkan pengajian (maqosid), yakni mendapat pahala. Tapi ngomong-ngomong, ada nggak pacaran yang kayak gituan ?, pacaran yang dalam pelaksanaannya tidak melakukan hal-hal yang dilarang agama atau melakukan hal-hal yang menyebabkan atau yang bisa menggiring kepada yang dilarang agama, kepada keharaman, kepada tindakan dosa. Nggak ada khan ? adanya sich pacaran setelah nikah, maksudnya pacaran dengan istri/suami kamu Mendingan kamu empet (tahan) aja dech cinta kamu, kalau memang cinta kamu itu membuat kamu menjebol pagar syari'at yang udah diatur apik aleh Alloh dan RosulNya, meskipun dengan menanggung resiko rasa kecewa, sedih dan lara yang sukar untuk diatasi, karena Rosul menjanjikan : "Barang siapa yang mati karena menahan sakitnya cinta maka dia mati syahid" (al-Hadits). Tuh, khan. Gilanya, ada di antara sobat kita yang tinju balik kalau dikatakan bahwa nggak ada yang namanya pacaran islami, alias bahwa pacaran itu dilarang oleh agama, mereka malah nantang suruh nunjukin dalil yang jelas (sorikh), dalam al-Qur'an atau hadis nabi B. "Emang ada ayat al-Qur'an atau Hadis Nabi yang mengatakan 'pacaran adalah haram'?" gitu katannya. padahal al-Qur'an dengan sangat jelas dan cerdas telah menyinggung dan memperingatkan akan hal itu. di surah al-Israa' disebutkan: Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk. (QS. al-Israa'/17: 32) Kata "mendekati" itulah yang menunjukkan pacaran adalah haram. Artinya segala tindakan yang mengantarkan kepada zina itu haram. Jangan malah berkata "kalau mendekati emang nggak boleh, tapi kalau masuk sekalian nggak apa-apa" wah kelewat batas nih. Tentang lebih jelasnya akan batas "mendekati" dalam ayat tersebut itu dijelaskanoleh Alloh di ayat lain. Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandanganya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat". Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kerudung ke dadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara lelaki mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka memukulkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung. (QS. Nuur/24: 30-31). Kedua ayat ini menunjukkan akan batasan awal dari kata mendekati, yaitu melihat. Yap, "jangan kamu mendekati zina" berarti janganlah kamu melihat lain mahrom, memegang dan seterusnya apalagi sampai pada zina. Ayat ini juga mengajarkan kepada kamu, disamping 'janganlah kamu mendekati juga 'janganlah kamu menjadi didekati'. Artinya kamu harus menjaga penampilan kamu, menutup aurotmu, hingga pendekatan terhadap zina tidak sampai terjadi, otomatis zina dengan sendirinya pun jauh.!!!!!

doa ba'da solat fajar

!!!!!عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بن عَبَّاسٍ، قَالَ: بَعَثَنِي الْعَبَّاسُ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَأَتَيْتُهُ مُمْسِيًا، وَهُوَ فِي بَيْتِ خَالَتِي مَيْمُونَةَ، فَقَامَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُصَلِّي مِنَ اللَّيْلِ، فَلَمَّا صَلَّى الرَّكْعَتَيْنِ قَبْلَ الْفَجْرِ، قَالَ: اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ رَحْمَةً مِنْ عِنْدِكَ تَهْدِي بِهَا قَلْبِي، وَتَجْمَعُ بِهَا شَمْلِي، وَتَلُمَّ بِهَا شَعَثِي، وَتُرَدَّ بِهَا أُلْفَتِي، وَتُصْلِحُ بِهَا دِينِي، وَتَحْفَظُ بِهَا غَائِبِي، وَتَرْفَعُ بِهَا شَاهِدِي، وَتُزَكِّي بِهَا عَمَلِي، وَتُبَيِّضُ بِهَا وَجْهِي، وَتُلْهِمُنِي بِهَا رُشْدِي، وَتَعْصِمُنِي بِهَا مِنْ كُلِّ سُوءٍ، اللَّهُمَّ أَعْطِنِي إِيمَانًا صَادِقًا، وَيَقِينًا لَيْسَ بَعْدَهُ كُفْرٌ، وَرَحْمَةً أَنَالُ بِهَا شَرَفَ كَرَامَتِكَ فِي الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ، اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ الْفَوْزَ عِنْدَ الْقَضَاءِ، وَنُزُلَ الشُّهَدَاءِ، وَعَيْشَ السُّعَدَاءِ، وَمُرَافَقَةَ الأَنْبِيَاءِ، وَالنَّصْرَ عَلَى الأَعْدَاءِ، اللَّهُمَّ أَنْزَلْتُ بِكَ حَاجَتِي، وَإِنْ قَصُرَ رَأْيِي، وَضَعُفَ عَمَلِي، وَافْتَقَرْتُ إِلَى رَحْمَتِكَ، فَأَسْأَلُكَ يَا قَاضِيَ الأُمُورِ، وَيَا شَافِيَ الصُّدُورِ، كَمَا تُجِيرُ بَيْنَ الْبُحُورِ أَنْ تُجِيرَنِي مِنْ عَذَابِ السَّعِيرِ، وَمِنْ دَعْوَةِ الثُّبُورِ، وَمِنْ فِتْنَةِ الْقُبُورِ، اللَّهُمَّ مَا قَصُرَ عَنْهُ رَأْيِي، وَضَعُفَ عَنْهُ عَمَلِي، وَلَمْ تَبْلُغْهُ أُمْنِيَتِي مِنْ خَيْرٍ وَعَدْتَهُ أَحَدًا مِنْ عِبَادِكَ، أَوْ خَيْرٍ أَنْتَ مُعْطِيهِ أَحَدًا مِنْ خَلْقِكَ، فَإِنِّي أَرْغَبُ إِلَيْكَ فِيهِ، وَأَسْأَلُكَ يَا رَبَّ الْعَالَمِينَ، اللَّهُمَّ اجْعَلْنَا هَادِينَ مَهْدِيِّينَ، غَيْرَ ضَالِّينَ وَلا مُضِلِّينَ، حَرْبًا لأَعْدَائِكَ، وَسِلْمًا لأَوْلِيَائِكَ، نُحِبُّ بِحُبِّكَ النَّاسَ، وَنُعَادِي بِعَدَاوَتِكَ مَنْ خَالَفَكَ مِنْ خَلْقِكَ، اللَّهُمَّ هَذَا الدُّعَاءُ، وَعَلَيْكَ الاسْتِجَابَةُ، اللَّهُمَّ وَهَذَا الْجُهْدُ، وَعَلَيْكَ التُّكْلانُ، وَلا حَوْلَ وَلا قُوَّةَ إِلا بِاللَّهِ، اللَّهُمَّ ذَا الْحَبْلِ الشَّدِيدِ، وَالأَمْرِ الرَّشِيدِ، أَسْأَلُكَ الأَمْنَ يَوْمَ الْوَعِيدِ، وَالْجَنَّةَ يَوْمَ الْخُلُودِ، مَعَ الْمُقَرَّبِينَ الشُّهُودِ، وَالرُّكَّعِ السُّجُودِ، وَالْمُوفِينَ بِالْعُهُودِ، إِنَّكَ رَحِيمٌ وَدُودٌ، وَإِنَّكَ تَفْعَلُ مَا تُرِيدُ، سُبْحَانَ الَّذِي تَعَطَّفَ الْعِزَّ وَقَالَ بِهِ، سُبْحَانَ الَّذِي لا يَنْبَغِي الْحَمْدُ إِلا لَهُ، سُبْحَانَ ذِي الْعَرْشِ وَالْبَهَاءِ، سُبْحَانَ ذِي الْمَقْدِرَةِ وَالْكَرَمِ، سُبْحَانَ الَّذِي أَحْصَى كُلَّ شَيْءٍ بِعِلْمِهِ، اللَّهُمَّ اجْعَلْ لِي نُورًا فِي قَلْبِي، وَنُورًا فِي قَبْرِي، وَنُورًا فِي سَمْعِي، وَنُورًا فِي بَصَرِي، وَنُورًا فِي شَعْرِي، وَنُورًا فِي بَشَرِي، وَنُورًا فِي لَحْمِي، وَنُورًا فِي دَمِي، وَنُورًا فِي عِظَامِي، وَنُورًا مِنْ بَيْنِ يَدَيَّ، وَنُورًا مِنْ خَلْفِي، وَنُورًا عَنْ يَمِينِي، وَنُورًا عَنْ شِمَالِي، وَنُورًا مِنْ فَوْقِي، وَنُورًا مِنْ تَحْتِي، اللَّهُمَّ زِدْنِي نُورًا، وَأَعْظِمْ لِي نُورًا، وَاجْعَلْ لِي نُورًا

LAA ILAAHA ILLALLAAH

Berjalan dengan gaya tertatih-tatih dengan sebatang tongkat kayu, sebuah mangkuk plastik berwarna orange yang sudah lusuh ada di tangan kanannya. Sesekali ia menggoyangkan tangannya membentuk seperti pistol seperti orang yang akan menembak dengan jari tanggannya, lalu digoyangkan didepan hidungnya. Dia adalah Syamsuri atau orang biasa memanggilnya Suri. sebahagian orang menyebutnya tidak waras, ada juga yang berpendapat bahwa dia hanya pengemis buta, dengan gaya khasnya. Hampir dipastikan setiap orang di kota Tembilahan mengenalnya. Dulu, 20-25 tahun lalu ketika saya masih kecil dia adalah sosok yang saya takuti jika ikut orang tua pergi ke pasar. sering kali saya tidak jadi ikut ke pasar gara-gara ditakuti orang tua dengan beliau. Kemaren saya bertemu lagi dengan dia, masih seperti yang dulu..sehat, tidak tampak tua, dengan gaya yang sama. Allahu Akbar...Maha Besar Allah. Begitu besar nikmat Allah yang ia terima. Begitu ia mengambil posisi duduk bersila dengan meletakkan mangkuk dihadapannya, ia siap beraksi meminta-minta. Saya mencoba mendekatinya, memperhatikan, mengamati, mendengarkan, apa yang sedang dilakukannya. Banyak orang terheran-heran dengan sikap saya ini, tapi saya tidak peduli dan meneruskan apa yang membuat saya penasaran dengan Suri ini. Dan tiba-tiba saya terkesiap, .. "Laa ilaaha illallaah..laa ilaaha illallaah..laa ilaaha illallaah..."....Kalimah TAUHID..!! Inilah yang membuat merinding bulu kuduk saya seketika, seorang Suri...pengemis buta, dianggap orang gila...melafalkan kalimat tauhid di setiap perkataannya...tidak ada kata lain selain…. La ilaha illallah….. sambil sesekali meraba mangkuk didepannya, apakah sudah ada yang memberi atau tidak. Saya mencoba membayangkan, jika Suri ini bekerja maksimal 3 jam saja dalam sehari, dengan Dzikir per 3 detik, maka ia telah mengamalkan Dzikrullah sebanyak 3600 kali setiap hari...Allahu Akbar.!!! Hari ini saya pribadi tidak malu untuk mengakui bahwa saya telah belajar dari seorang yang dulunya saya takuti ketika kecil..orang yang dianggap sia-sia oleh sebagian orang. Seorang pengemis buta, yang dianggap tidak waras dan bodoh.... Maha Suci Allah, masih memberi sedikit teguran kepada saya melalui cara-cara yang tidak saya duga...La Ilaaha Illallaah... Ya Allah..jemputlah aku kelak dalam keadaan Khusnul Khotimah dengan menyebut namamu ya Allah...Amiin... (Dari Catatan Hagen Hendra Giga: Filosofi Pengemis Buta "Suri") Sahabat Hikmah …. Dari kisah diatas kita bisa mengambil HIKMAH, ternyata Fadhilah kalimat “Laa Ilaaha illallaah” adalah sebagai berikut: 1. Ajaran seluruh Rasul Allah وَمَا أَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ مِنْ رَسُولٍ إِلَّا نُوحِي إِلَيْهِ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنَا فَاعْبُدُونِ\ Dan Kami tidak mengutus seorang rasul pun sebelum kamu, melainkan Kami wahyukan kepadanya: "Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak) melainkan Aku, maka sembahlah olehmu sekalian akan Aku". (Qs. 21: 25) 2. Sebaik-baik Ucapan Para Nabi أَفْضَلُ الدُّعَاءِ دُعَاءُ يَوْمِ عَرَفَةَ وَأَفْضَلُ مَا قُلْتُ أَنَا وَالنَّبِيُّونَ مِنْ قَبْلِي لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ Rasulullah saw bersabda: "Do'a yang paling utama adalah do'a pada hari Arafah. Dan ucapan paling utama yang aku dan para nabi sebelumku ucapkan adalah لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ (Tiada Tuhan yang haq selain Allah tiada sekutu bagiNya)" (Hr. Malik). 3. Cabang iman tertinggi الْإِيمَانُ بِضْعٌ وَسَبْعُونَ أَوْ بِضْعٌ وَسِتُّونَ شُعْبَةً فَأَفْضَلُهَا قَوْلُ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَدْنَاهَا إِمَاطَةُ الْأَذَى عَنْ الطَّرِيقِ وَالْحَيَاءُ شُعْبَةٌ مِنْ الْإِيمَانِ "Iman itu 77 atau 67 cabang. Cabang yang paling utama adalah la ilaha illallah, sedangkan cabang yang paling rendah adalah menyingkirkan gangguan dari jalan, dan malu itu satu cabang dari iman" (Hr. Muslim) 4. Sebab terlindunginya jiwa dan harta مَنْ قَالَ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَكَفَرَ بِمَا يُعْبَدُ مِنْ دُونِ اللَّهِ حَرُمَ مَالُهُ وَدَمُهُ وَحِسَابُهُ عَلَى اللَّهِ "Barang siapa yang mengucapkan la ilaha illallah dan inkar terhadap sesembahan selain Allah, maka darah dan hartanya terlindungi, sedangkan perhitungan (hisab)nya terserah Allah" (Hr. Muslim). 5. Lebih berat dibanding bumi langit seisinya. « قال موسى : يا رب ، علمني شيئا أذكرك وأدعوك به ، قال : قل يا موسى : لا إله إلا الله ، يا موسى ، لو أن السماوات السبع وعامرهن غيري والأرضين السبع في كفة ، ولا إله إلا الله في كفة مالت قال : كل عبادك يقول هذا ، قال : قل : لا إله إلا الله ، قال : لا إله إلا أنت ، إنما أريد شيئا تخصني به ، قال : بهن لا إله إلا الله » "Musa berkata: "Ya Rabbi, ajarilah aku sesutu untuk berdzikir dan berdoackepadaMu". Allah berfirman: "Katakan wahai Musa kalimat la ilaha illallah". Musa berkata: "Setiap hambaMu mengatakan kalimat ini". Allah berfirman: Katakanlah la ilaha illallah". Musa berkata: "Tidak ada Tiuhan yang haq selain Engkau, yang aku inginkan tidak lain adalah sesuatu yang Engkau istimewakan aku dengannya". Allah berfirman: "Wahai Musa, kalau sekiranya tuju petala langit berikut para pemakmurnya selain Aku, dan juga tuju bumi di satu daun timbangan, sedangkan la ilaha illallah berada di satu daun timbangan satunya, niscaya lebih berat la ilaha illallah". (Hr. Abu Ya'la) 6. Diperolehnya syafa'at Rasul أَسْعَدُ النَّاسِ بِشَفَاعَتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ مَنْ قَالَ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ خَالِصًا مِنْ قَلْبِهِ أَوْ نَفْسِهِ "Orang yang paling berbahagia mendapat syafaatku di hari kiamat adalah orang yang mengucapkan la ilaha illallah dengan ikhlas dari hatinya atau jiwanya" (Hr. Bukhari). 7. Amal penyelamat dari Neraka مَنْ شَهِدَ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ حَرَّمَ اللَّهُ عَلَيْهِ النَّارَ "Barang siapa bersaksi bahwa tidak ada Tuhan yang haq selain Allah dan bahwa sesungguhnya Muhammad adalah utusan Allah, maka Allah haramkan neraka baginya" (Hr. Muslim). مَا مِنْ أَحَدٍ يَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ صِدْقًا مِنْ قَلْبِهِ إِلَّا حَرَّمَهُ اللَّهُ عَلَى النَّارِ "Tak seorangpun bersaksi bahwa tidak ada tuhan yang haq selain Allah dan sesungguhnya Muhammad adalah utusan Allah dengan jujur dari hatinya kecuali Allah haramkan ia terhadap neraka" (Hr. Bukhari). 8. Jaminan Surga مَا مِنْ عَبْدٍ قَالَ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ ثُمَّ مَاتَ عَلَى ذَلِكَ إِلَّا دَخَلَ الْجَنَّةَ "Tak seorang pun mengatakan la ilaha illallah kemudian ia meninggal dunia di atasnya kecuali akan masuk surga" (Hr. Bukhari). أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَنِّي رَسُولُ اللَّهِ لَا يَلْقَى اللَّهَ بِهِمَا عَبْدٌ غَيْرَ شَاكٍّ فِيهِمَا إِلَّا دَخَلَ الْجَنَّةَ "Aku bersaksi bahwa tidak ada tuhan yang haq selain Allah, dan sesungguhnya aku adalah rasul Allah. Tidaklah seseorang nanti bertemu Allah membawa dua kalimat syahadat tanpa ada keraguan terhadapnya melainkan ia masuk surge" (Hr. Muslim). Semoga kita juga bisa mengambil HIKMAH kalimat Laa ilaaha illallaah. Wassalam