pacaran ISLAMI
Banyak sekali dari kita yang tertipu dengan embel-embel islami. Bahkan itu dari partai politik, buku, majalah, atau yang lainnya yang di–embel-embeli islam pada slogannya. Akan tetapi isinya jauh dari norma dan tatanan islam. Di sebagian masyarakat berpandangan bahwa embel-embel islami tersebut membuat islam semakin bercahaya, dan terang. Akan tetapi hakikatnya embel-embel tersebut sebenarnya semakin membuat islam itu sendiri redup dan tak bercahaya, semakin membuat kerdil islam yang universal itu. Kalau, itu kalau memang isinya jauh dari tatanan islam. Kalau isinya memang udah betul and bener dengan apa yang digariskan oleh islam, ya lain lagi.
Di antara slogan atau embel-embel islam tersebut yang membuat miris untuk didengar adalah pacaran islami. Aduh siapa sih yang sempet-sempetnya bikin slogan kayak gitu. Pacaran islami ! Aduh manit-amit. Perlu tau yach, dari zaman nenek moyang yang nomor tujuh atau bahkan jauh diatas nenek moyang yang ke tujuh, nggak ada dalam islam slogan kayak gituan. Trus prakteknya kayak apaan dong? Apakah orang yang pacaran kalau mau kencan baca salam dulu? Pakai pakaian islami,? Aduh, bahaya fren! Itu jelas dari syetan. Hati-hati kamu.
Tapi bagi kamu-kamu yang nyempet-nyempetin atau udah memakai slogan itu tadi, kamu harus cepet-cepet buka kamus besar kamu. Eh, nyambung nggak nich, ngapain kok pakai buka kamus segala? Maksudnya kamu harus koreksi lagi definisi pacaran. Apa itu pacaran?. Karena pada dasarnya nggak ada hal di dunia ini yang tata caranya belum diatur oleh islam.
…Pada hari ini telah ku sempurnakan untuk kamu agamamu..(QS. al-Maidah/5:3)
Nah, kalau kamu udah buka kamus besar kamu, sekarang kamu tinggal nyocokin defenisi pacaran yang ada pada kamus besar kamu dengan tatanan yang udah digariskan oleh islam. Kalau ternyata pacaran dalam kamus besar kamu, adalah saling pandang, apel pada hari minggu, saling pegang, jalan bareng, atau bahkan (na'udzu billah) ciuman dan zina, maka kamus besar kamu itu salah dalam mendefinisikan pacaran. Karena dalam islam hal-hal yang semacam itu adalah terlarang, jadi pacaran kamu adalah terlarang, cinta yang selama ini kamu jalin adalah cinta terlarang.
Tapi kalau kamus besar kamu mengatakan kalau pacaran itu hanya sebatas rasa suka pada lain jenis, itu sih masih mending, nggak apa-apa. Karena setiap insan emang dititipi Alloh naluri kayak gituan (rasa suka), cuman pelampiasannya itu yang perlu di garis bawahi, dan sebenarnya kalau mau jujur pacaran yang selama ini melanda para remaja itu bukan hanya sebatas rasa cinta, cinta yang suci, namun nafsu picik dan keji.
Ok aja kalau kamu masih getol dengan slogan pacaran islami. Tapi realisasinya , jangan pacaran yang kayak gituan. kalau boleh ikut mendefinisikan pacaran islami, pacaran islami adalah sebuah rasa suka, ya hanya sebatas rasa suka. Atau pacaran yang dalam pelaksanaannya tidak melakukan hal-hal yang dilarang oleh agama atau menyebabkan bisa menggiring kepada hal-hal yang dilarang oleh agama. Seperti surat-menyurat, saling sms, kirim email, atau telepon yang isinya menjurus ke arah yang diharamkan. Agama nggak ngelarang kirim surat, atau sms kok, tapi isinya harus lulus sensor dulu. Juga hal-hal seperti itu adalah salah satu taktik jitu syetan dalam njerumusin kamu, yaitu dari sedikit demi sedikit lama-lama menjadi bukit, sifatnya menggiring, makanya hati-hati!. Dalam qoidah fiqih juga disebutkan lil wasaa'il khukmul maqoosid, bagi perantaraan- perantaraan dihukumi sebagaimana tujuannya. Artinya, kalau kita nulis surat atau kirim sms yang isinya janjian kencan yang mana kencan itu sendiri hal yang diharamkan agama maka hukumnya surat atau sms tadi (wasaa'il) itu sebagaimana tindak-tanduk yang dilakukan pada saat kencan (maqoosid). Begitu juga sebaliknya, kalau kita sms toex ngajak sobat kita ikut pengajian misalnya, maka hukumnya sms (wasaa'il) itu sebagaimana hukumnya mendengarkan pengajian (maqosid), yakni mendapat pahala.
Tapi ngomong-ngomong, ada nggak pacaran yang kayak gituan ?, pacaran yang dalam pelaksanaannya tidak melakukan hal-hal yang dilarang agama atau melakukan hal-hal yang menyebabkan atau yang bisa menggiring kepada yang dilarang agama, kepada keharaman, kepada tindakan dosa. Nggak ada khan ? adanya sich pacaran setelah nikah, maksudnya pacaran dengan istri/suami kamu
Mendingan kamu empet (tahan) aja dech cinta kamu, kalau memang cinta kamu itu membuat kamu menjebol pagar syari'at yang udah diatur apik aleh Alloh dan RosulNya, meskipun dengan menanggung resiko rasa kecewa, sedih dan lara yang sukar untuk diatasi, karena Rosul menjanjikan :
"Barang siapa yang mati karena menahan sakitnya cinta maka dia mati syahid" (al-Hadits). Tuh, khan.
Gilanya, ada di antara sobat kita yang tinju balik kalau dikatakan bahwa nggak ada yang namanya pacaran islami, alias bahwa pacaran itu dilarang oleh agama, mereka malah nantang suruh nunjukin dalil yang jelas (sorikh), dalam al-Qur'an atau hadis nabi B. "Emang ada ayat al-Qur'an atau Hadis Nabi yang mengatakan 'pacaran adalah haram'?" gitu katannya. padahal al-Qur'an dengan sangat jelas dan cerdas telah menyinggung dan memperingatkan akan hal itu. di surah al-Israa' disebutkan:
Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk. (QS. al-Israa'/17: 32)
Kata "mendekati" itulah yang menunjukkan pacaran adalah haram. Artinya segala tindakan yang mengantarkan kepada zina itu haram. Jangan malah berkata "kalau mendekati emang nggak boleh, tapi kalau masuk sekalian nggak apa-apa" wah kelewat batas nih. Tentang lebih jelasnya akan batas "mendekati" dalam ayat tersebut itu dijelaskanoleh Alloh di ayat lain.
Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandanganya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat". Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kerudung ke dadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara lelaki mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka memukulkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung. (QS. Nuur/24: 30-31).
Kedua ayat ini menunjukkan akan batasan awal dari kata mendekati, yaitu melihat. Yap, "jangan kamu mendekati zina" berarti janganlah kamu melihat lain mahrom, memegang dan seterusnya apalagi sampai pada zina. Ayat ini juga mengajarkan kepada kamu, disamping 'janganlah kamu mendekati juga 'janganlah kamu menjadi didekati'. Artinya kamu harus menjaga penampilan kamu, menutup aurotmu, hingga pendekatan terhadap zina tidak sampai terjadi, otomatis zina dengan sendirinya pun jauh.!!!!!
doa ba'da solat fajar
!!!!!عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بن عَبَّاسٍ،
قَالَ: بَعَثَنِي الْعَبَّاسُ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ،
فَأَتَيْتُهُ مُمْسِيًا، وَهُوَ فِي بَيْتِ خَالَتِي مَيْمُونَةَ، فَقَامَ رَسُولُ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُصَلِّي مِنَ اللَّيْلِ، فَلَمَّا صَلَّى
الرَّكْعَتَيْنِ قَبْلَ الْفَجْرِ، قَالَ:
اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ
رَحْمَةً مِنْ عِنْدِكَ تَهْدِي بِهَا قَلْبِي، وَتَجْمَعُ بِهَا شَمْلِي، وَتَلُمَّ
بِهَا شَعَثِي، وَتُرَدَّ بِهَا أُلْفَتِي، وَتُصْلِحُ بِهَا دِينِي، وَتَحْفَظُ بِهَا
غَائِبِي، وَتَرْفَعُ بِهَا شَاهِدِي، وَتُزَكِّي بِهَا عَمَلِي، وَتُبَيِّضُ بِهَا
وَجْهِي، وَتُلْهِمُنِي بِهَا رُشْدِي، وَتَعْصِمُنِي بِهَا مِنْ كُلِّ سُوءٍ، اللَّهُمَّ
أَعْطِنِي إِيمَانًا صَادِقًا، وَيَقِينًا لَيْسَ بَعْدَهُ كُفْرٌ، وَرَحْمَةً أَنَالُ
بِهَا شَرَفَ كَرَامَتِكَ فِي الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ، اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ
الْفَوْزَ عِنْدَ الْقَضَاءِ، وَنُزُلَ الشُّهَدَاءِ، وَعَيْشَ السُّعَدَاءِ، وَمُرَافَقَةَ
الأَنْبِيَاءِ، وَالنَّصْرَ عَلَى الأَعْدَاءِ، اللَّهُمَّ أَنْزَلْتُ بِكَ حَاجَتِي،
وَإِنْ قَصُرَ رَأْيِي، وَضَعُفَ عَمَلِي، وَافْتَقَرْتُ إِلَى رَحْمَتِكَ، فَأَسْأَلُكَ
يَا قَاضِيَ الأُمُورِ، وَيَا شَافِيَ الصُّدُورِ، كَمَا تُجِيرُ بَيْنَ الْبُحُورِ
أَنْ تُجِيرَنِي مِنْ عَذَابِ السَّعِيرِ، وَمِنْ دَعْوَةِ الثُّبُورِ، وَمِنْ فِتْنَةِ
الْقُبُورِ، اللَّهُمَّ مَا قَصُرَ عَنْهُ رَأْيِي، وَضَعُفَ عَنْهُ عَمَلِي، وَلَمْ
تَبْلُغْهُ أُمْنِيَتِي مِنْ خَيْرٍ وَعَدْتَهُ أَحَدًا مِنْ عِبَادِكَ، أَوْ خَيْرٍ
أَنْتَ مُعْطِيهِ أَحَدًا مِنْ خَلْقِكَ، فَإِنِّي أَرْغَبُ إِلَيْكَ فِيهِ، وَأَسْأَلُكَ
يَا رَبَّ الْعَالَمِينَ، اللَّهُمَّ اجْعَلْنَا هَادِينَ مَهْدِيِّينَ، غَيْرَ ضَالِّينَ
وَلا مُضِلِّينَ، حَرْبًا لأَعْدَائِكَ، وَسِلْمًا لأَوْلِيَائِكَ، نُحِبُّ بِحُبِّكَ
النَّاسَ، وَنُعَادِي بِعَدَاوَتِكَ مَنْ خَالَفَكَ مِنْ خَلْقِكَ، اللَّهُمَّ هَذَا
الدُّعَاءُ، وَعَلَيْكَ الاسْتِجَابَةُ، اللَّهُمَّ
وَهَذَا الْجُهْدُ، وَعَلَيْكَ
التُّكْلانُ، وَلا حَوْلَ وَلا قُوَّةَ إِلا بِاللَّهِ، اللَّهُمَّ ذَا الْحَبْلِ الشَّدِيدِ،
وَالأَمْرِ الرَّشِيدِ، أَسْأَلُكَ الأَمْنَ يَوْمَ الْوَعِيدِ، وَالْجَنَّةَ يَوْمَ
الْخُلُودِ، مَعَ الْمُقَرَّبِينَ الشُّهُودِ، وَالرُّكَّعِ السُّجُودِ، وَالْمُوفِينَ
بِالْعُهُودِ، إِنَّكَ رَحِيمٌ وَدُودٌ، وَإِنَّكَ تَفْعَلُ مَا تُرِيدُ، سُبْحَانَ
الَّذِي تَعَطَّفَ الْعِزَّ وَقَالَ بِهِ، سُبْحَانَ الَّذِي لا يَنْبَغِي الْحَمْدُ
إِلا لَهُ، سُبْحَانَ ذِي الْعَرْشِ وَالْبَهَاءِ، سُبْحَانَ ذِي الْمَقْدِرَةِ وَالْكَرَمِ،
سُبْحَانَ الَّذِي أَحْصَى كُلَّ شَيْءٍ بِعِلْمِهِ، اللَّهُمَّ اجْعَلْ لِي نُورًا
فِي قَلْبِي، وَنُورًا فِي قَبْرِي، وَنُورًا فِي سَمْعِي، وَنُورًا فِي بَصَرِي، وَنُورًا
فِي شَعْرِي، وَنُورًا فِي بَشَرِي، وَنُورًا فِي لَحْمِي، وَنُورًا فِي دَمِي، وَنُورًا
فِي عِظَامِي، وَنُورًا مِنْ بَيْنِ يَدَيَّ، وَنُورًا مِنْ خَلْفِي، وَنُورًا عَنْ
يَمِينِي، وَنُورًا عَنْ شِمَالِي، وَنُورًا مِنْ فَوْقِي، وَنُورًا مِنْ تَحْتِي،
اللَّهُمَّ زِدْنِي نُورًا، وَأَعْظِمْ لِي نُورًا، وَاجْعَلْ لِي نُورًا
LAA ILAAHA ILLALLAAH
Berjalan dengan gaya tertatih-tatih dengan sebatang tongkat kayu, sebuah mangkuk plastik berwarna orange yang sudah lusuh ada di tangan kanannya. Sesekali ia menggoyangkan tangannya membentuk seperti pistol seperti orang yang akan menembak dengan jari tanggannya, lalu digoyangkan didepan hidungnya.
Dia adalah Syamsuri atau orang biasa memanggilnya Suri. sebahagian orang menyebutnya tidak waras, ada juga yang berpendapat bahwa dia hanya pengemis buta, dengan gaya khasnya. Hampir dipastikan setiap orang di kota Tembilahan mengenalnya.
Dulu, 20-25 tahun lalu ketika saya masih kecil dia adalah sosok yang saya takuti jika ikut orang tua pergi ke pasar. sering kali saya tidak jadi ikut ke pasar gara-gara ditakuti orang tua dengan beliau.
Kemaren saya bertemu lagi dengan dia, masih seperti yang dulu..sehat, tidak tampak tua, dengan gaya yang sama. Allahu Akbar...Maha Besar Allah. Begitu besar nikmat Allah yang ia terima. Begitu ia mengambil posisi duduk bersila dengan meletakkan mangkuk dihadapannya, ia siap beraksi meminta-minta. Saya mencoba mendekatinya, memperhatikan, mengamati, mendengarkan, apa yang sedang dilakukannya. Banyak orang terheran-heran dengan sikap saya ini, tapi saya tidak peduli dan meneruskan apa yang membuat saya penasaran dengan Suri ini. Dan tiba-tiba saya terkesiap, ..
"Laa ilaaha illallaah..laa ilaaha illallaah..laa ilaaha illallaah..."....Kalimah TAUHID..!!
Inilah yang membuat merinding bulu kuduk saya seketika, seorang Suri...pengemis buta, dianggap orang gila...melafalkan kalimat tauhid di setiap perkataannya...tidak ada kata lain selain…. La ilaha illallah….. sambil sesekali meraba mangkuk didepannya, apakah sudah ada yang memberi atau tidak. Saya mencoba membayangkan, jika Suri ini bekerja maksimal 3 jam saja dalam sehari, dengan Dzikir per 3 detik, maka ia telah mengamalkan Dzikrullah sebanyak 3600 kali setiap hari...Allahu Akbar.!!!
Hari ini saya pribadi tidak malu untuk mengakui bahwa saya telah belajar dari seorang yang dulunya saya takuti ketika kecil..orang yang dianggap sia-sia oleh sebagian orang. Seorang pengemis buta, yang dianggap tidak waras dan bodoh....
Maha Suci Allah, masih memberi sedikit teguran kepada saya melalui cara-cara yang tidak saya duga...La Ilaaha Illallaah...
Ya Allah..jemputlah aku kelak dalam keadaan Khusnul Khotimah dengan menyebut namamu ya Allah...Amiin...
(Dari Catatan Hagen Hendra Giga: Filosofi Pengemis Buta "Suri")
Sahabat Hikmah ….
Dari kisah diatas kita bisa mengambil HIKMAH, ternyata Fadhilah kalimat “Laa Ilaaha illallaah” adalah sebagai berikut:
1. Ajaran seluruh Rasul Allah
وَمَا أَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ مِنْ رَسُولٍ إِلَّا نُوحِي إِلَيْهِ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنَا فَاعْبُدُونِ\
Dan Kami tidak mengutus seorang rasul pun sebelum kamu, melainkan Kami wahyukan kepadanya: "Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak) melainkan Aku, maka sembahlah olehmu sekalian akan Aku". (Qs. 21: 25)
2. Sebaik-baik Ucapan Para Nabi
أَفْضَلُ الدُّعَاءِ دُعَاءُ يَوْمِ عَرَفَةَ وَأَفْضَلُ مَا قُلْتُ أَنَا وَالنَّبِيُّونَ مِنْ قَبْلِي لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ
Rasulullah saw bersabda:
"Do'a yang paling utama adalah do'a pada hari Arafah. Dan ucapan paling utama yang aku dan para nabi sebelumku ucapkan adalah لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ (Tiada Tuhan yang haq selain Allah tiada sekutu bagiNya)" (Hr. Malik).
3. Cabang iman tertinggi
الْإِيمَانُ بِضْعٌ وَسَبْعُونَ أَوْ بِضْعٌ وَسِتُّونَ شُعْبَةً فَأَفْضَلُهَا قَوْلُ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَدْنَاهَا إِمَاطَةُ الْأَذَى عَنْ الطَّرِيقِ وَالْحَيَاءُ شُعْبَةٌ مِنْ الْإِيمَانِ
"Iman itu 77 atau 67 cabang. Cabang yang paling utama adalah la ilaha illallah, sedangkan cabang yang paling rendah adalah menyingkirkan gangguan dari jalan, dan malu itu satu cabang dari iman" (Hr. Muslim)
4. Sebab terlindunginya jiwa dan harta
مَنْ قَالَ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَكَفَرَ بِمَا يُعْبَدُ مِنْ دُونِ اللَّهِ حَرُمَ مَالُهُ وَدَمُهُ وَحِسَابُهُ عَلَى اللَّهِ
"Barang siapa yang mengucapkan la ilaha illallah dan inkar terhadap sesembahan selain Allah, maka darah dan hartanya terlindungi, sedangkan perhitungan (hisab)nya terserah Allah" (Hr. Muslim).
5. Lebih berat dibanding bumi langit seisinya.
« قال موسى : يا رب ، علمني شيئا أذكرك وأدعوك به ، قال : قل يا موسى : لا إله إلا الله ، يا موسى ، لو أن السماوات السبع وعامرهن غيري والأرضين السبع في كفة ، ولا إله إلا الله في كفة مالت قال : كل عبادك يقول هذا ، قال : قل : لا إله إلا الله ، قال : لا إله إلا أنت ، إنما أريد شيئا تخصني به ، قال : بهن لا إله إلا الله »
"Musa berkata: "Ya Rabbi, ajarilah aku sesutu untuk berdzikir dan berdoackepadaMu". Allah berfirman: "Katakan wahai Musa kalimat la ilaha illallah". Musa berkata: "Setiap hambaMu mengatakan kalimat ini". Allah berfirman: Katakanlah la ilaha illallah". Musa berkata: "Tidak ada Tiuhan yang haq selain Engkau, yang aku inginkan tidak lain adalah sesuatu yang Engkau istimewakan aku dengannya". Allah berfirman: "Wahai Musa, kalau sekiranya tuju petala langit berikut para pemakmurnya selain Aku, dan juga tuju bumi di satu daun timbangan, sedangkan la ilaha illallah berada di satu daun timbangan satunya, niscaya lebih berat la ilaha illallah". (Hr. Abu Ya'la)
6. Diperolehnya syafa'at Rasul
أَسْعَدُ النَّاسِ بِشَفَاعَتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ مَنْ قَالَ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ خَالِصًا مِنْ قَلْبِهِ أَوْ نَفْسِهِ
"Orang yang paling berbahagia mendapat syafaatku di hari kiamat adalah orang yang mengucapkan la ilaha illallah dengan ikhlas dari hatinya atau jiwanya" (Hr. Bukhari).
7. Amal penyelamat dari Neraka
مَنْ شَهِدَ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ حَرَّمَ اللَّهُ عَلَيْهِ النَّارَ
"Barang siapa bersaksi bahwa tidak ada Tuhan yang haq selain Allah dan bahwa sesungguhnya Muhammad adalah utusan Allah, maka Allah haramkan neraka baginya" (Hr. Muslim).
مَا مِنْ أَحَدٍ يَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ صِدْقًا مِنْ قَلْبِهِ إِلَّا حَرَّمَهُ اللَّهُ عَلَى النَّارِ
"Tak seorangpun bersaksi bahwa tidak ada tuhan yang haq selain Allah dan sesungguhnya Muhammad adalah utusan Allah dengan jujur dari hatinya kecuali Allah haramkan ia terhadap neraka" (Hr. Bukhari).
8. Jaminan Surga
مَا مِنْ عَبْدٍ قَالَ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ ثُمَّ مَاتَ عَلَى ذَلِكَ إِلَّا دَخَلَ الْجَنَّةَ
"Tak seorang pun mengatakan la ilaha illallah kemudian ia meninggal dunia
di atasnya kecuali akan masuk surga" (Hr. Bukhari).
أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَنِّي رَسُولُ اللَّهِ لَا يَلْقَى اللَّهَ بِهِمَا عَبْدٌ غَيْرَ شَاكٍّ فِيهِمَا إِلَّا دَخَلَ الْجَنَّةَ
"Aku bersaksi bahwa tidak ada tuhan yang haq selain Allah, dan sesungguhnya aku adalah rasul Allah. Tidaklah seseorang nanti bertemu Allah membawa dua kalimat syahadat tanpa ada keraguan terhadapnya melainkan ia masuk surge" (Hr. Muslim).
Semoga kita juga bisa mengambil HIKMAH kalimat Laa ilaaha illallaah.
Wassalam
mempercepat MOZILLA FIREFOX
Firefox.. salah satu browser open source yang paling yahud saat ini menurut saya. bahkan melebihi Internet Explorer bagi saya. Nah.. saya akan memberikan sedikit trik mengenai cara mempercepat Firefox anda dalam browsing di internet dengan seidikit tweak..
Warning : Saya tidak menyarankan untuk melakukan tweaking firefox anda. Tweaking ini sendiri dikeluarkan oleh pengembang firefox jadi bukan sembarang tweaking, namun resiko ditanggung sendiri karena setelah tweaking tidak ada opsi untuk mengembalikan settingan default firefox anda.
1. Untuk mempercepat browsing :
- Ctrl+Enter, ini untuk membuka domain yang menggunakan .com. caranya adalah ketikkan nama domain kemudian klik ctrl+enter. contohnya, anda ingin membuka “www.yahoo.com” jadi ketiklah “yahoo” kemudian klik ctrl+enter
- Shift+Enter, ini untuk membuka domain yang menggunakan .net. caranya adalah ketikkan nama domain kemudian klik ctrl+enter. contohnya, anda ingin membuka “www.telkom.net” jadi ketiklah “telkom” kemudian klik shif+enter
- Ctrl+Shift+Enter, ini untuk membuka domain yang menggunakan .org. caranya adalah ketikkan nama domain kemudian klik ctrl+enter. contohnya, anda ingin membuka “www.dikti.org” jadi ketiklah “dikti” kemudian klik Ctrl+Shift+Enter
- Ketik “about:config” di firefox anda kemudian enter
- Maka akan keluar sebuah settingan untuk tweaking firefox
- Untuk merubahnya, klik 2 kali dan masukkan data perubahannya
- Jika data dibawah tidak terdapat dalam settingan default firefox, klik kanan pilih New. Untuk data berupa angka, pilih Integer, untuk true/false pilih Boolean.
- Set “network.http.pipelining : true”
- Set “network.http.proxy.pipelining : true”
- Set “network.http.pipelining.maxrequests : 64″
- Set “nglayout.initialpaint.delay : 0″
- Set “network.http.max-connections : 64″
- Set “network.http.max-connections-per-server : 21″
- Set “network.http.max-persistent-connections-per-server : 8″
- Set “network.http.pipelining : true”
- Set “network.http.pipelining.maxrequests : 100″
- Set “network.http.proxy.pipelining : true”
- Set “nglayout.initialpaint.delay : 0″
- Set “browser.cache.disk_cache_ssl : true”
- Set “browser.xul.error_pages.enabled : true”
- Set “network.http.max-connections : 32″
- Set “network.http.max-connections-per-server : 8″
- Set “network.http.max-persistent-connections-per-proxy : 8″
- Set “network.http.max-persistent-connections-per-server : 4″
- Set “network.http.pipelining : true”
- Set “network.http.pipelining.maxrequests : 8″
- Set “network.http.proxy.pipelining : true”
- Set “plugin.expose_full_path : true”
- Set “signed.applets.codebase_principal_support : true”
- Set “content.interrupt.parsing : true”
- Set “content.max.tokenizing.time : 3000000″
- Set “content.maxtextrun : 8191″
- Set “content.notify.backoffcount : 5″
- Set “content.notify.interval : 750000″
- Set “content.notify.ontimer : true”
- Set “content.switch.threshold : 750000″
MAKALAH
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang Masalah
Sastra adalah suatu bentuk dan hasil
pekerjaan seni kreatif yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya, dengan
menggunakan bahasa sebagai mediumnya. Sebagai seni kreatif yang menggunakan
manusia dan segala macam kehidupannya, maka ia tidak saja merupakan suatu media
untuk menyampaikan ide, teori atau sistem berpikir tetapi
juga merupakan media untuk menampung ide, teori serta sistem berpikir manusia.
Sebagai karya kreatif, sastra harus mampu
melahirkan suatu kreasi yang indah dan
berusaha menyalurkan kebutuhan keindahan manusia, di samping itu sastra harus
mampu menjadi wadah penyampaian
ide-ide yang dipikirkan dan dirasakan oleh sastrawan tentang kehidupan umat
manusia (Atar Semi, M., 1993:8).
Setiap manusia merupakan individu yang
berbeda dengan individu lainnya. Ia mempunyai watak, temperamen, pengalaman,
pandangan dan perasaan sendiri yang berbeda dengan lainnya. Namun demikian,
manusia hidup tidak lepas dari manusia lain. Pertemuan antarmanusia yang satu
dengan manusia yang lain tidak jarang menimbulkan konflik, baik konflik antara
individu, kelompok maupun anggota kelompok serta antara anggota kelompok yang
satu dan anggota
kelompok lain. Karena sangat
kompleksnya, manusia juga sering mengalami konflik dalam dirinya atau konflik
batin sebagai reaksi terhadap situasi sosial di lingkungannya. Dengan kata
lain, manusia selalu dihadapkan pada persoalanpersoalan hidup. Manusia dalam
menghadapi persoalan hidupnya tidak terlepas dari jiwa manusia itu sendiri. Jiwa di
sini meliputi pemikiran, pengetahuan, tanggapan, khalayak dan jiwa itu sendiri
(Bimo Walgito, 1997:7).
Kejadian atau peristiwa yang terdapat
dalam karya sastra dihidupkan oleh tokoh-tokoh sebagai pemegang peran atau
pelaku alur. Melalui perilaku tokohtokoh yang ditampilkan inilah seorang
pengarang melukiskan kehidupan manusia dengan problem-problem atau
konflik-konflik yang dihadapinya, baik konflik dengan orang lain, konflik dengan
lingkungan, maupun konflik dengan dirinya sendiri.
Karya sastra yang dihasilkan sastrawan
selalu menampilkan tokoh yang memiliki karakter sehingga karya sastra juga
menggambarkan kejiwaan manusia, walaupun pengarang hanya menampilkan tokoh itu
secara fiksi. Dengan kenyataan tersebut, karya sastra selalu terlibat dalam
segala aspek hidup dan kehidupan, tidak terkecuali ilmu jiwa atau psikologi.
Hal ini tidak terlepas dari pandangan dualisme yang menyatakan bahwa manusia
pada dasarnya terdiri atas
jiwa dan raga. Maka penelitian yang
meggunakan pendekatan psikologi terhadap karya sastra merupakan bentuk
pemahaman dan penafsiran karya sastra dari sisi psikologi. Alasan ini didorong
karena tokoh-tokoh dalam karya sastra dimanusiakan, mereka semua diberi jiwa, mempunyai
raga bahkan untuk manusia yang disebut pengarang mungkin memiliki penjiwaan
yang lebih bila dibandingkan
dengan manusia lainnya terutama dalam hal penghayatan megenai
hidup dan kehidupan (Andre Hardjana,
1985:60).
Roman Larasati merupakan salah
satu roman karya Pramoedya Ananta Toer. Seorang penulis yang hampir separuh
hidupnya dihabiskan dalam penjara, 3 tahun dalam penjara Kolonial Belanda, 1
tahun pada masa Orde Lama, dan 14 tahun pada masa Orde Baru. Beberapa karyanya
lahir dari penjara-penjara tersebut, di antaranya Tetralogi Pulau Buru (Bumi Manusia, Anak
Semua Bangsa, Jejak
Langkah, dan Rumah
Kaca).
Dari tangannya telah lahir lebih dari
40 karya yang diterjemahkan ke dalam beberapa bahasa asing. Hal ini pantas bila
Pramoedya Ananta Toer memperoleh pelbagai penghargaan, di antaranya: The PEN Freedom to
Write Award
pada 1988 dan Ramon
Magsasay Award pada 1995. Sampai kini, ia adalah satu-satunya wakil
Indonesia yang namanya berkali-kali masuk dalam daftar kandidat pemenang Nobel
Sastra.
Dalam roman Larasati diceritakan
bahwa Ara atau Larasati adalah seorang artis panggung yang cantik,
penampilannya banyak ditunggu oleh para penontonnya, bahkan ia juga punya
banyak penggemar di luar dunia panggung.
Ketika masa revolusi, tahun 1940-an ia
tumbuh dewasa sebagai seorang gadis. Ketika pergolakan revolusi pecah, ia harus
dihadapkan pada kenyataan bahwa selama ini ia selalu berada di pihak musuh.
Pada saat menyaksikan penderitaan bangsanya, kesadaran dirinya sebagai anak
bangsa mulai tumbuh. Ia berjanji dalam hatinya tidak
bakal main untuk propaganda Belanda, untuk
maksud-maksud yang memusuhi revolusi.
Pada saat angkatan muda berjuang
mati-matian, banyak angkatan tua mendapatkan kedudukan enak. Banyak terjadi
pengkhianatan, korupsi yang dilakukan oleh para oportunis atau orang yang hanya
mengambil keuntungan pribadi. Dari kejadian-kejadian ini, timbul berbagai
konflik yang terjadi dalam dirinya yang harus diselesaikan. Untuk menghadapi
konflik yang terjadi, ia harus
mengambil sikap serta penemuan dirinya
pada situasi semacam ini.
Adapun yang menarik untuk diteliti
dari roman Larasati
ialah dikarenakan roman ini memaparkan dan mendeskripsikan situasi
sosial mempengaruhi dan menjadi penyebab timbulnya berbagai sikap manusia dalam
menghadapi situasi tersebut.
Dalam roman ini digambarkan situasi pergolakan revolusi Indonesia
pascaproklamasi yang tidak menentu akibat belum adanya kestabilan kekuasaan.
Di satu sisi, secara de jure Indonesia
merupakan bangsa yang telah merdeka, namun di sisi lain kekuasaan Belanda masih
tetap bertahan. Bagi sebagian orang situasi semacam ini justru digunakan untuk
mencari keuntungan pribadi, namun sebagian orang justru semakin terbakar
semangat nasionalismenya.
Keadaan yang digambarkan di atas bagi
Ara bukan berarti harus mengambil
sikap untuk mencari keuntungan sendiri. Sebagai seorang republieken,
ia rela terjun ke daerah pendudukan demi mengumpulkan informasi strategis, dan
supaya ia bisa menjadi kurir pembawa Oeang Republik Indonesia (ORI) bagi
kepentingan para pejuang Indonesia.
Dalam kisah perjalanannya tersebut,
Ara dihadapkan pada persoalanpersoalan yang menyebabkan konflik dalam dirinya.
Sebagai seorang perempuan dan
juga artis, dengan caranya sendiri ia menunjukkan sikapnya sebagai seorang
pejuang. Hal inilah yang menarik perhatian penulis untuk melakukan penelitian
terhadap tokoh Ara.
Dalam roman Larasati tokoh
Ara tetap menunjukkan sikap hormat terhadap
perjuangan nasional. Di akhir kisahnya, digambarkan bahwa ia lebih bersedia
hidup bersama pejuang, daripada dengan seorang pengkhianat dan oportunis, yang
mengambil keuntungan dari situasi penjajahan.
Guna menyelesaikan persoalan yang
dihadapi akan digunakan psikologi kepribadian sebagai alat bantunya. Psikologi
kepribadian adalah bidang psikologi yang berusaha mempelajari manusia secara
utuh menyangkut motivasi, emosi, serta penggerak tingkah laku.
Berdasarkan uraian di atas, maka
penelitian ini mengambil judul Analisis
Tokoh Ara dalam Roman “Larasati” Karya Pramoedya Ananta Toer: Sebuah Pendekatan
Psikologi Sastra.
1.2 Pembatasan
Masalah
Dalam penelitian ini, agar penelitian
tetap terfokus dan tidak melebar melewati fokus permasalahan perlu adanya
pembatasan masalah. Adapun masalah yang dibahas dalam penelitian ini dibatasi
pada deskripsi kepribadian tokoh Ara dalam roman Larasati berdasarkan teori
kepribadian psikoanalisis Sigmund Freud,
konflik psikologis yang dialami tokoh Ara, serta sikap tokoh Ara
dalam menghadapi konflik tersebut.
1.3 Perumusan
Masalah
Berdasarkan latar belakang dan
pembatasan masalah, maka dapat dirumuskan
permasalahan sebagai berikut.
1. Bagaimana deskripsi kepribadian
tokoh Ara dalam roman Larasati
berdasarkan teori kepribadian
psikoanalisis Sigmund Freud?
2. Bagaimana konflik psikologis yang
dialami tokoh Ara dalam roman Larasati?
3. Bagaimana sikap tokoh Ara dalam
menghadapi konflik tersebut?
1.4 Tujuan
Penelitian
Sesuai dengan perumusan masalah di
atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah.
1. Mendeskripsikan kepribadian tokoh
Ara dalam roman Larasati
berdasarkan teori kepribadian
psikoanalisis Sigmund Freud.
2. Mendeskripsikan konflik psikologis
yang dialami tokoh Ara dalam roman Larasati.
3. Mendeskripsikan sikap tokoh Ara
dalam menghadapi konflik.
1.5 Manfaat
Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat
memberi manfaat, baik secara teoretis maupun praktis, yaitu.
1. Manfaat Teoretis
Penelitian ini diharapkan mampu
menambah wawasan dan memperkaya
khazanah ilmu pengetahuan mengenai studi sastra Indonesia khususnya dengan pendekatan
psikologi sastra. Penelitian ini juga diharapkan mampu memberi sumbangan dalam
teori sastra
dan teori psikologi dalam mengungkap
roman Larasati.
2. Manfaat Praktis
Secara praktis dengan penelitian ini
diharapkan dapat membantu pembaca untuk lebih memahami isi cerita dalam roman Larasati
terutama kondisi kejiwaan para tokoh dan konflik yang dihadapi dengan pemanfaatan
lintas disiplin ilmu yaitu psikologi dan sastra.
1.6 Sistematika
Penulisan
Sistematika penulisan dalam sebuah
penelitian berfungsi untuk memberikan
gambaran mengenai langkah-langkah suatu penelitian. Adapun sistematika dalam
penulisan ini adalah sebagai berikut.
Bab I pendahuluan terdiri dari latar
belakang masalah, pembatasan masalah,
perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian serta sistematika
penulisan.
Bab II landasan teori terdiri dari
pengertian tokoh dan penokohan, pendekatan
psikologi sastra, dan teori kepribadian psikoanalisis Sigmund Freud.
Bab III metodologi penelitian terdiri
dari metode penelitian, pendekatan, sumber data, objek penelitian, teknik
pengumpulan data, teknik pengolahan data, dan teknik penarikan kesimpulan.
Bab IV analisis berisi analisis roman Larasati dengan
pendekatan psikologi sastra menggunakan teori psikologi. Analisis ini membahas
tentang kepribadian tokoh Ara, konflik yang dihadapi serta sikap yang diambil
tokoh Ara dalam menghadapi konflik tersebut.
Bab V penutup berisi tentang
kesimpulan dan saran-saran dari penelitian ini.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Tokoh
dan Penokohan
Struktur yang hendak dikaji dalam
roman ini hanya akan dititikberatkan
pada tokoh dan penokohan. Tokoh dalam suatu cerita rekaan merupakan unsur penting
yang menghidupkan
cerita. Kehadiran tokoh dalam cerita
berkaitan dengan terciptanya
konflik, dalam hal ini tokoh berperan membuat konflik dalam sebuah cerita rekaan
(Burhan Nurgiyantoro, 1995:164).
Pembicaraan mengenai penokohan dalam
cerita rekaan tidak dapat dilepaskan
hubungannya dengan tokoh. Istilah ‘tokoh’ menunjuk pada pelaku dalam cerita
sedangkan ‘penokohan’ menunjukkan pada sifat, watak atau karakter yang
melingkupi diri tokoh yang ada. Penokohan adalah pelukisan gambaran yang jelas
tentang seseorang yang ditampilkan dalam
sebuah cerita (Jones dalam Burhan
Nurgiyantoro, 1995:165).
Penokohan dapat juga dikatakan sebagai
proses penampilan tokoh sebagai pembawa peran watak tokoh dalam suatu cerita.
“Penokohan harus mampu menciptakan citra tokoh. Oleh karena itu, tokoh-tokoh
harus dihidupkan” (Soediro
Satoto,
1998:43).
Berdasarkan uraian di atas, dapat
disimpulkan bahwa penokohan adalah cara pengarang menggambarkan dan
mengembangkan watak dan tokoh-tokoh dalam sebuah cerita rekaan. Penciptaan
citra atau karakter ini merupakan hasil imajinasi pengarang untuk dimunculkan
dalam cerita sesuai dengan keadaan yang diinginkan.
Penokohan dalam cerita dapat disajikan
melalui dua metode, yaitu metode langsung (analitik) dan metode tidak langsung
(dramatik). Metode langsung (analitik) adalah teknik pelukisan tokoh cerita
yang memberikan deskripsi,
uraian
atau penjelasan langsung. Pengarang memberikan komentar tentang kedirian tokoh
cerita berupa lukisan sikap, sifat,
watak, tingkah laku, bahkan ciri fisiknya. Metode tidak langsung (dramatik)
adalah teknik pengarang
mendeskripsikan
tokoh dengan membiarkan tokoh-tokoh tersebut saling menunjukkan kediriannya
masing-masing,
melalui berbagai aktivitas yang
dilakukan baik secara verbal maupun nonverbal, seperti tingkah laku, sikap dan peristiwa yang
terjadi (Burhan Nurgiyantoro, 1995:166).
Setiap tokoh mempunyai wataknya
sendiri-sendiri. Tokoh adalah bahan yang
paling aktif menjadi penggerak jalan cerita karena tokoh ini berpribadi,
berwatak, dan memiliki sifat-sifat karakteristik tiga dimensional, yaitu :
1. Dimensi fisiologis ialah ciri-ciri
badan, misalnya usia (tingkat kedewasaan), jenis kelamin, keadaan tubuhnya,
ciri-ciri muka dan ciri-ciri badani yang lain.
2. Dimensi sosiologis ialah ciri-ciri
kehidupan masyarakat, misalnya status sosial, pekerjaan, jabatan atau peran
dalam masyarakat, tingkat pendidikan, pandangan hidup, agama, aktifitas sosial,
suku bangsa dan keturunan.
3. Dimensi psikologis ialah latar
belakang kejiwaan, misalnya mentalitas, ukuran moral, temperamen, keinginan,
perasaan pribadi, IQ dan tingkat kecerdasan keahlian khusus (Soediro Satoto,
1998:44 - 45).
Tokoh berkaitan dengan orang atau
seseorang sehingga perlu penggambaran yang jelas tentang tokoh tersebut.
Jenisjenis tokoh
dapat dibagi sebagai berikut.
1. Berdasarkan segi peranan atau
tingkat pentingnya.
a. Tokoh utama, yaitu tokoh yang
diutamakan penceritaannya dalam novel dan sangat menentukan perkembangan alur
secara keseluruhan.
b. Tokoh tambahan, yaitu tokoh yang
permunculannya lebih sedikit dan kehadirannya jika hanya ada keterkaitannya
dengan tokoh utama secara langsung atau tidak langsung.
2. Berdasarkan segi fungsi penampilan
tokoh.
a. Tokoh protagonis, yaitu tokoh utama
yang merupakan pengejawantahan nilai-nilai yang ideal bagi pembaca.
b. Tokoh antagonis, yaitu tokoh
penyebab terjadinya konflik (Burhan Nurgiyantoro,
1995:173 - 174).
2.2 Pendekatan
Psikologi Sastra
1. Pengertian Psikologi
Psikologi berasal dari perkataan
Yunani ‘psyche’
yang artinya jiwa, dan ‘logos’
yang artinya ilmu pengetahuan. Jadi secara etimologis (menurut arti
kata) psikologi artinya ilmu yang mempelajari tentang jiwa, baik mengenai
macammacam gejalanya, prosesnya, maupun latar belakangnya (Abu Ahmadi, 1979:1).
Bimo Walgito mengatakan bahwa
‘psikologi’ adalah ilmu yang
membicarakan tentang jiwa. Ia
merupakan suatu ilmu yang menyelidiki serta
mempelajari tingkah laku serta
aktifitas itu sebagai manifestasi hidup kejiwaan
(1997:9).
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dijelaskan
bahwa pengertian ‘psikologi’ adalah ilmu yang berkaitan dengan dengan
proses-proses mental baik normal maupun abnormal yang pengaruhnya pada perilaku
atau ilmu pengetahuan tentang gejala dan kegiatan-kegiatan jiwa (1995:792).
Dengan beberapa pendapat di atas dapat
disimpulkan, bahwa psikologi adalah ilmu yang mempelajari jiwa manusia, baik
mengenai gejala-gejalanya, prosesnya maupun latar belakangnya yang tercermin
dalam tingkah laku serta aktivitas manusia atau individu sendiri. Dalam penelitian
ini, ada beberapa peristiwa kejiwaan yang perlu dipahami antara lain.
a. Konflik
Konflik terjadi bila ada tujuan yang
ingin dicapai sekaligus dalam waktu yang bersamaan. Konflik terjadi akibat
perbedaan yang tidak dapat diatasi antara kebutuhan individu dan kemampuan
potensial. Konflik dapat diselesaikan melalui keputusan hati. Konflik dapat
dibagi menjadi empat macam, yaitu:
1. Approach-approach
conflict, yaitu konflik-konflik psikis yang dialami oleh individu
karena individu tersebut mengalami dua atau lebih motif yang positif dan sama
kuat. Misalnya, seorang mahasiswa pergi kuliah atau menemui temannya karena
sudah berjanji.
2. Approach
avoidance conflict, yaitu konflik psikis yang dialami individu
karena dalam waktu yang bersamaan menghadapi situasi yang mengandung motif
positif dan motif negatif yang sama kuat. Misalnya, mahasiswa diangkat menjadi
pegawai negeri (positif) di daerah terpencil (negatif).
3. Avoidance-avoidance
conflict, yaitu konflik psikis yang dialami individu karena
menghadapi dua motif yang sama-sama negatif dan sama-sama kuat. Misalnya,
seorang penjahat yang tertangkap dan harus membuka rahasia kelompoknya dan
apabila ia melakukan akan mendapat ancaman dari kelompoknya.
4. Double
approach avoidance conflict, yaitu konflik psikis yang dialami
individu karena menghadapi dua situasi yang masing-masing mengandung motif
negatif dan motif positif yang sama kuat. Misalnya, seorang mahasiswa harus
menikah dengan orang yang tidak disukai (negatif) atau melanjutkan studi
(positif) (Usman Effendi dan Juhaya S. Praja, 1993:73 - 75).
b. Sikap
Sikap merupakan masalah yang penting
dan menarik dalam lapangan psikologi.
Sikap yang ada pada seseorang akan memberikan warna atau corak pada perilaku
atau perbuatan orang yang bersangkutan. Dengan mengetahui sikap seseorang,
orang dapat menduga respon atau perilaku yang akan diambil oleh orang yang
bersangkutan, terhadap sesuatu masalah atau keadaan yang
dihadapkan kepadanya.
Gerungan (1991:149), “pengertian attitude itu
dapat kita terjemahkan dengan kata sikap terhadap objek tertentu, yang dapat
merupakan sikap pandangan atau sikap perasaan, tetapi sikap tersebut disertai
oleh kecenderungan untuk bertindak sesuai dengan sikap terhadap objek tadi.
Jadi attitude
itu lebih tepat diterjemahkan sebagai sikap dan kesediaan beraksi
terhadap sesuatu hal.”
Bimo Walgito menegaskan bahwa, “sikap
itu merupakan organisasi pendapat,
keyakinan seseorang mengenai objek atau situasi yang relatif ajeg, yang
disertai adanya perasaan tertentu, dan memberikan dasar kepada orang tersebut
untuk membuat respons atau berperilaku dalam cara yang tertentu yang
dipilihnya” (1978:109).
Dari pendapat di atas dapat
disimpulkan bahwa sikap merupakan organisasi
pendapat, pandangan, keyakinan seseorang mengenai objek tertentu yang disertai
adanya perasaan tertentu yang memberikan dasar kepada seseorang untuk membuat
respon atau bereaksi dengan cara tertentu yang dipilihnya.
2. Pengertian Psikologi Sastra
Psikologi sastra merupakan suatu
pendekatan yang mempertimbangkan segi-segi kejiwaan dan menyangkut batiniah
manusia. Lewat tinjauan psikologi akan nampak bahwa fungsi dan peran sastra
adalah untuk menghidangkan citra manusia yang seadil-adilnya dan sehidup-hidupnya
atau paling sedikit untuk memancarkan bahwa karya sastra pada hakikatnya
bertujuan untuk melukiskan kehidupan manusia (Andre Hardjana, 1985:66).
Psikologi sastra sebagai cabang ilmu
sastra yang mendekati sastra dari sudut psikologi. Perhatiannya dapat diarahkan
kepada pengarang, dan pembaca (psikologi komunikasi sastra) atau kepada teks
itu sendiri (Dick Hartoko dan B. Rahmanto, 1986:126).
Istilah psikologi sastra mempunyai
empat kemungkinan pengertian, yaitu
(1) Studi psikologi pengarang sebagai
tipe atau pembeda, (2) Studi proses kreatif,
(3) Studi tipe dan hukum-hukum
psikologi yang diterapkan pada karya sastra, dan
(4) Studi yang mempelajari dampak
sastra pada pembaca atau psikologi pembaca (Wellek, Rene dan Austin Warren,
1989:90).
Berdasarkan pendapat Wellek dan Warren
di atas, penelitian pada roman Larasati
ini mengarah pada pengertian ketiga, yaitu pendekatan psikologi
sebagai studi tipe dan hukum-hukum yang diterapkan pada karya sastra. Secara
spesifik dapat dijelaskan, bahwa analisis yang akan dilakukan terutama
diarahkan pada kondisi kejiwaan tokoh utama yang berperan dalam cerita, untuk
mengungkap kepribadiannya secara menyeluruh.
2.3 Teori
Kepribadian Psikoanalisis Sigmund Freud
Sigmund Freud lahir di Moravia, 6 Mei
1856. Freud adalah psikolog pertama
yang menyelidiki aspek ketidaksadaran dalam jiwa manusia. Freud mengibaratkan
kesadaran manusia sebagai gunung es, sedikit yang terlihat di permukaan adalah
menunjukkan kesadaran, sedangkan bagian tidak terlihat yang lebih besar
menunjukkan aspek ketidaksadaran. Dalam daerah ketidaksadaran
yang sangat luas ini ditemukan
dorongan-dorongan, nafsu-nafsu, ide-ide dan perasaan-perasan yang ditekan,
suatu dunia dalam yang besar dan berisi kekuatan14 kekuatan vital yang
melaksanakan kontrol penting atas pikiran-pikiran dan perbuatan sadar manusia
(S. Calvin Hall dan Lindzey Gardner, 1993:60).
Penekanan Freud pada aspek
ketidaksadaran yang letaknya lebih dalam dari pada aspek kesadaran tersebut,
membuat aliran psikologi yang disusun atas dasar penyelidikannya itu disebut
‘psikologi dalam’ (Sujanto, 1980:62).
Ajaran-ajaran Freud di atas, dalam
dunia psikologi lazim disebut sebagai
psikoanalisa, yang menekankan
penyelidikannya pada proses kejiwaan dalam ketidaksadaran manusia. Dalam
ketidaksadaran inilah menurut Freud berkembang insting hidup yang paling
berperan dalam diri manusia yaitu insting seks,
dan selama tahun-tahun pertama perkembangan psikoanalisa, segala sesuatu yang
dilakukan manusia dianggap berasal dari dorongan ini. Seks dan
insting-insting hidup yang lain, mempunyai bentuk energi yang menopangnya yaitu
libido (S.
Calvin Hall dan Lindzey Gardner, 1993:73).
Struktur kepribadian terdiri dari tiga
sistem yaitu id,
(das es), ego (das ich), dan super
ego (das ueber ich). Perilaku manusia pada hakikatnya merupakan hasil
interaksi substansi dalam kepribadian manusia id, ego, dan super ego yang ketiganya
selalu bekerja, jarang salah satu di antaranya terlepas atau bekerja sendiri.
1. Id
adalah aspek biologis yang merupakan sistem asli dalam kepribadian,
dari sini aspek kepribadian yang lain tumbuh. Id berisikan hal-hal yang
dibawa sejak lahir dan yang menjadi pedoman id
dalam berfungsi adalah menghindarkan diri dari ketidakenakan dan
mengejar kenikmatan. Untuk mengejar kenikmatan itu id mempunyai dua cara, yaitu:
tindakan refleks dan
proses primer, tindakan refleks
seperti bersin atau berkedip, sedangkan proses primer seperti saat orang lapar
membayangkan makanan (Sumadi Suryabrata, 1993:145 - 146).
2. Ego
adalah adalah aspek psikologis dari kepribadian yang timbul karena
kebutuhan individu untuk berhubungan baik dengan dunia nyata. Dalam
berfungsinya ego
berpegang pada prinsip kenyataan atau realitas. Ego dapat
pula dipandang sebagai aspek eksekutif kepribadian, karena ego mengontrol
jalan yang ditempuh, memilih kebutuhan-kebutuhan yang dapat dipenuhi serta
cara-cara memenuhinya. Dalam
berfungsinya sering kali ego
harus mempersatukan pertentangan-pertentangan antara id dan super ego.
Peran ego
ialah menjadi
perantara antara kebutuhan-kebutuhan instingtif dan keadaan lingkungan (Sumadi
Suryabrata, 1993:146 - 147).
3. Super
ego adalah aspek sosiologi kepribadian, merupakan wakil dari
nilainilai tradisional serta cita-cita masyarakat sebagaimana yang ditafsirkan
orang tua kepada anaknya lewat perintah-perintah atau larangan-larangan. Super ego
dapat pula dianggap sebagai aspek moral kepribadian, fungsinya menentukan
apakah sesuatu itu baik atau buruk, benar atau salah, pantas atau tidak, sesuai
dengan moralitas yang berlaku di masyarakat. Fungsi pokok super ego adalah
merintangi dorongan id terutama
dorongan seksual dan agresif yang ditentang oleh masyarakat. Mendorong ego untuk
lebih mengejar hal-hal yang moralistis dari pada realistis, dan megejar
kesempurnaan. Jadi super
ego cenderung untuk menentang id
maupun ego
dan membuat konsepsi yang ideal (Sumadi Suryabrata, 1983:148 -
149).
Demikianlah struktur kepribadian
menurut Freud, yang terdiri dari tiga aspek yaitu id, ego dan
super ego
yang ketiganya tidak dapat dipisahkan. Secara umum, id bisa
dipandang sebagai komponen biologis kepribadian, ego sebagai komponen
psikologisnya sedangkan super
ego adalah komponen sosialnya.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Metode
Penelitian
Metode penelitian adalah petunjuk yang
memberi arah dan corak penelitian,
sehingga dengan metode yang tepat suatu penelitian akan memperoleh hasil yang
maksimal.
Metode dalam penelitian ini adalah
metode penelitian kualitatif. Metode penelitian kualitatif merupakan prosedur
penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan
tentang sifat-sifat suatu individu, keadaan atau gejala dari kelompok tertentu
yang dapat diamati (Lexy J. Moleong, 2001:6).
Data deskriptif yang dimaksud dalam
penelitian ini adalah data yang dikumpulkan berbentuk kata-kata, frase, klausa,
kalimat atau paragraf dan bukan angka-angka. Dengan demikian, hasil penelitian
ini berisi analisis data yang sifatnya menuturkan, memaparkan, memerikan,
menganalisis dan menafsirkan (Soediro Satoto, 1992:15).
3.2 Pendekatan
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia,
istilah pendekatan berarti proses, perbuatan, cara mendekati usaha dalam rangka
aktifitas penelitian untuk mengadakan hubungan dengan orang yang diteliti,
metode-metode untuk mencapai pengertian tertentu masalah penelitian (1995:218).
Pendekatan adalah cara untuk memandang
terhadap suatu hal. Pendekatan (ancangan) sastra pada dasarnya adalah
teori-teori untuk memahami jenis sastra tertentu sesuai dengan sifatnya
(Soediro Satoto, 1992:9).
Pendekatan yang peneliti gunakan dalam
penelitian ini adalah pendekatan psikologi sastra. Andre Hardjana (1985:60)
mengatakan bahwa dalam sastra, psikologi merupakan ilmu bantu dan memasuki
sastra di dalam bahasan tentang ajaran dan kaidah yang dapat ditimba dari karya
sastra. Pendekatan psikologi dilakukan untuk mengetahui psikologi tokoh Ara
dalam roman Larasati yang berkaitan dengan kepribadian, konflik yang dihadapi,
serta sikap yang diambil
dalam menghadapi konflik tersebut.
3.3 Objek
Penelitian
Objek dalam penelitian ini adalah
aspek psikologis yang menitikberatkan pada kepribadian tokoh Ara, konflik yang
dihadapi serta sikap dalam menghadapi konflik tersebut.
3.4 Sumber
Data
Sumber data dalam penelitian ini
adalah roman Larasati
karya Pramoedya Ananta Toer yang diterbitkan oleh Lentera Dipantara
tahun 2003 cetakan I dengan tebal 178 halaman.
3.5 Teknik
Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam
penelitian ini adalah teknik pustaka, yaitu pengumpulan data yang menggunakan
sumber-sumber tertulis untuk memperoleh data.
3.6 Teknik
Pengolahan Data
Penelitian ini menggunakan beberapa
tahap teknik pengolahan data. Tahap-tahap tersebut adalah sebagai berikut..
1. Tahap Deskriptif
Yaitu seluruh data yang diperoleh
dihubungkan dengan permasalahan kemudian dilakukan tahap pendeskripsian dan
pengidentifisian.
2. Tahap Klasifikasi
Yaitu mengklasifikasikan data yang
telah dideskripsikan sesuai dengan permasalahan masing-masing.
3. Tahap Analisis
Yaitu mengadakan analisis terhadap
data yang telah diklasifikasikan menurut kelompoknya masing-masing berdasarkan
teori yang relevan dengan penelitian.
4. Tahap Interpretasi
Yaitu menafsirkan hasil analisis data
untuk memperoleh pemahaman yang sesuai dengan tujuan penelitian.
5. Tahap Evaluasi
Yaitu tahap pengecekan terhadap hasil
analisis data untuk meneliti kebenarannya,
sehingga dapat memberikan hasil yang baik dan dapat dipertanggungjawabkan.
3.7 Teknik
Penarikan Kesimpulan
Kesimpulan dalam penelitian ini
diperoleh dari data-data yang telah di olah dan dianalisis pada tahap
sebelumnya. Dalam tahap ini digunakan teknik penarikan kesimpulan induktif,
yaitu teknik penarikan kesimpulan yang melihat permasalahan dari data yang
bersifat khusus untuk memperoleh kesimpulan yang bersifat umum.
DAFTAR
PUSTAKA
Abu Ahmadi. 1979. Psikologi Sosial.
Surabaya: Bina Ilmu.
Andre Hardjana. 1985. Kritik Sastra: Sebuah
Pengantar. Jakarta: Gramedia.
Atar Semi, M. 1993. Anatomi Sastra.
Bandung: Angkasa Raya.
Bimo Walgito. 1978. Psikologi Sosial:
Suatu Pengantar. Yogyakarta: Andi
Offset.
____________. 1997. Pengantar Psikologi
Umum. Yogyakarta: Andi Offset.
Burhan Nurgiyantoro. 1995. Teori Pengkajian
Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
Davidoff, Linda L. 1991. Psikologi Suatu
Pengantar (diterjemahkan oleh Mari
Jumiati). Jakartta: Erlangga.
Dick Hartoko dan B. Rahmanto. 1986. Pemandu di Dunia
Sastra. Yoyakarta:
Kanisius.
Fuad Hasan. 1984. Kamus Istilah
Psikologi. Jakarta: Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan.
Gerungan, W. A. 1991. Psikologi Sosial.
Bandung: Ereco.
Hall, S. Calvin dan Lindzey Gardner.
1993. Teori-teori
Psikodinamik (klinis)
(edisi terjemahan oleh A. Supratikna).
Yogyakarta: Kanisius.
Kartini Kartono. 1996. Psikologi Umum.
Bandung: Mandar Maju.
81
Moleong, Lexy J. 2002. Metode Penelitian
Kualitatif. Bandung: Pemuda Rosda
Karya.
Mursal Esten. 1984. Sastra Indonesia
dan Tradisi Sub Kultur. Bandung: Angkasa.
__________. 1990. Kesusatraan
Pengantar Teori dan Sejarah. Bandung:
Angkasa.
Pramoedya Ananta Toer. 2002. Korupsi.
Jakarta: Hasta Mitra.
___________________. 2003. Larasati.
Jakarta: Lentera Dipantara.
Putu Arya Tirtawirya. 1995. Apresiasi Puisi dan
Prosa. Jakarta: Ikrar Mandiri
Abadi.
Saifuddin Azwar. 1988. Sikap Manusia:
Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta:
Liberty.
Siswantoro. 2005. Metode Penelitian
Sastra: Analisis Psikologi Sastra. Surakarta:
Muhammadyah University Press.
Soediro Satoto. 1991. Metode Penelitian
Sastra (Buku Pegangan Kuliah).
Surakarta: UNS Press.
____________. 1998. Telaah Drama
Indonesia I (Buku Pegangan Kuliah).
Surakarta: UNS Press.
Sumadi Suryabrata. 1993. Psikologi
Kepribadian. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Tarigan, Henry Guntur. 1985. Prinsip-prinsip
Dasar Sastra. Bandung: Angkasa.
Teeuw, A. 1984. Sastra dan Ilmu
Sastra: Pengantar Teori Sastra. Jakarta:
Pustaka Jaya.
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa. 1995. Kamus
Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai
Pustaka.
Usman Efffendi dan Juhaya S. Raja.
1993. Pengantar
Psikologi. Bandung:
Angkasa
Wellek, Rene dan Austin Warren. 1990. Teori Kesusastraan (edisi
terjemahan
oleh Melanie Budianta). Jakarta:
Gramedia.
Zainuddin Fananie. 2000. Telaah sastra.
Surakarta: Muhammadyah University
Press.
SINOPSIS ROMAN LARASATI
KARYA PRAMOEDYA ANANTA TOER
Roman ini mengisahkan perjalanan
seorang perempuan bernama Larasati atau Ara dari daerah pedalaman (Yogyakarta)
ke daerah pendudukan (Jakarta).
Ara adalah seorang aktris panggung dan
bintang film yang ingin mulai lagi main film untuk kepentingan revolusi. Dalam
perjalanannya tersebut ia bertemu dengan pejuang-pejuang yang rela mengorbankan
nyawanya demi kemerdekaan. Dari pertemuan tersebut ia berjanji tidak akan bermain
film untuk propaganda Belanda melainkan untuk kepentingan perjuangan.
Pada sebuah tempat pemberhentian yang
dikuasai oleh penguasa pendudukan, ia bertemu dengan Mardjohan yang mengabdikan
diri pada penjajah hanya untuk mendapatkan keuntungan serta kenikmatan hidup.
Mardjohan adalah seorang sutradara dan juga produser film yang bertugas untuk
membuat film propaganda untuk melemahkan perjuangan bangsa Indonesia. Ara
kemudian dibawa oleh Mardjohan untuk bertemu dengan pimpinannya.
Agar maksud Mardjohan tercapai, ia
membawa Ara ke sebuah penjara agar
menyaksikan penderitaan yang akan dialami jika Ara tidak mau bekerja sama. Di
dalam penjara tersebut ia menyaksikan penderitaan yang harus dialami para
tawanan, namun bukan berarti Ara akan mau bekerja sama setelah menyaksikan
penderitaan tersebut. Ara justru semakin menegaskan sikapnya untuk tidak mau
bekerja sama dengan para pengkhianat.
Dari penjara Ara dibawa dengan mobil
untuk istirahat, dalam perjalanan ini Ara dibawa oleh seorang sopir NICA yang
ternyata ingin menggabungkan diri dengan para pejuang, Ara menyetujui dan
berjanji akan memberinya surat agar diterima oleh para pejuang di daerah
pedalaman. Kemudian Ara minta diantar sampai ke sebuah kampung di mana ibunya
tinggal dan berjanji kepada sopir NICA tersebut untuk bertemu esok harinya.
Kampung tempat tinggal ibunya tersebut
ternyata adalah kampung para pejuang yang sering dilewati patroli NICA. Para
pemuda di kampung tersebut semuanya bergerilya dan hanya orang-orang yang sudah
tua saja yang berani keluar. Di tempat inilah Ara terlibat dan merasakan
pertempuran berlangsung. Ara menyaksikan langsung bagaimana para pemuda
kehilangan nyawanya demi sebuah
kemerdekaan.
Keesokan harinya Belanda melakukan
penggeledahan untuk mencari orang-orang yang terlibat dalam penyergapan. Orang
yang menjadi algojo tersebut adalah orang Arab yang tinggal dirumah tempat
ibunya bekerja. Ara sangat benci sekali dengan orang ini dan ingin membawa
ibunya untuk keluar dari tempat tersebut, namun ternyata orang Arab tersebut
menyekap ibunya. Orang Arab tersebut hanya akan melepaskan ibunya jika Ara mau
tinggal bersama dengannya.
Ibunya menyuruh agar Ara pergi dari
daerah pendudukan (Jakarta) dan melupakan
nasib ibunya. Untuk beberapa waktu Ara hidup di jalanan, selama di jalanan
tersebut ia bertemu dengan seorang kawan lamanya seorang penyair yang bernama
Chaidir. Pertemuan dengan kawannya ini sangat berkesan sekali baginya, Ara
akhirnya mengenal revolusi yang sesungguhnya, bukan revolusi yang penuh dengan
kebohongan dan pengkhianatan.
Pada suatu waktu akhirnya Ara harus
jatuh ke pelukan orang Arab (Jusman),
karena Ara tidak sanggup meninggalkan ibunya. Ia merasakan betapa rendah
dirinya dalam keadaan kekalahan. Ara merasakan hatinya pedih selama di bawah
kekuasaan orang Arab yang selama ini dibencinya, orang yang selama ini telah
mengambil nyawa orang-orang yang memperjuangkan sebuah kemerdekaan.
Selama dalam kekuasaan Jusman, Ara
tidak dapat melakukan sesuatu yang berarti untuk perjuangan, sementara banyak
anak muda yang rela kehilangan nyawa demi kemerdekaan. Konflik batin serta
moral yang harus ia tanggung semakin berat dan akhirnya ia harus menanggung
sakit.
Waktu terus berjalan sampai akhirnya
terdengar sebuah berita bahwa Tentara Nasional Indonesia akan masuk ke Jakarta.
Presiden Soekarno memasuki Jakarta sebagai presiden menggantikan Gubernur
Jenderal Belanda. Ara dan ibunya meninggalkan rumah orang Arab tersebut karena
Jusman harus lari ke Malaya atau Singapura. Akhirnya Ara bertemu dengan kapten
Oding, teman
seperjuangan ketika berada di Yogya.
Mereka akhirnya tinggal bersama di sebuah rumah bekas orang Belanda dan
menikmati kemerdekaan.
RIWAYAT HIDUP PRAMOEDYA ANANTA TOER
Pramoedya
Ananta Toer lahir di Blora, 6 Februari 1925. Blora merupakan kota
kecil yang sangat bersejarah bagi Pramoedya. Banyak dari cerita-ceritanya
berlatar belakang geografis kota tersebut, misalnya Cerita dari Blora, roman Perburuan dan
Bukan
Pasarmalam. Karena di kota Blora itu ia dilahirkan
dan dibesarkan, maka Pramoedya sangat paham mengapa dan bagaimana peristiwa-peristiwa
yang menjadi inspirasi cerita-ceritanya itu terjadi.
Pramoedya Ananta Toer adalah anak
sulung dari sebuah keluarga Islam
nasionalis. Ayahnya, Pak Mastoer (nama ini kemudian hanya disingkatnya
menjadi “Toer” saja dengan pertimbangan bahwa kata “Mas” dalam “Mastoer” sangat
feodal), adalah seorang guru HBS (Holandsch
Islandsche School) sebelum kemudian
pindah dan mengajar di sekolah partikelir
IBO (Institut Boedi Oetomo). Ketika krisis ekonomi melanda serta datang tekanan
pemerintah kolonial Belanda terhadap sekolah-sekolah liar, membuat IBO banyak
ditinggalkan murid-muridnya yang tidak sanggup lagi membayar atau merasa bahwa
IBO tidak bisa menjanjikan masa depan
karena karena tidak diakui pemerintah.
Pak Mastoer akhirnya kembali menjadi guru HIS, walaupun yang terjadi kemudian
hari tak lebih dari sekedar berstatus sebagai guru pengganti. Tindakan sang
ayah sangat mengecewakan
Pramoedya yang menganggap sang ayah telah berkapitulasi atau berkompromi dengan
kekuasaan kolonial Belanda, meskipun ia dapat
memahami hal tersebut mengingat
kondisi yang ada.
Aktivitas Pak Mastoer sendiri sebagai
tokoh pergerakan di masa itu cukup
dikenal oleh masyarakat sekitar Blora. Pak Mastoer antara lain aktif berpolitik
menjadi anggota Partai Nasionalis Indonesia (PNI) pimpinan Soekarno. Beliau
juga seorang aktivis pendidikan yang melalui IBO, banyak mendirikan
kursus-kursus kejuruan bagi pribumi serta menerbitkan bukubuku perjuangan dan
pelajaran. Aktivitasnya itu dapat diduga sangat berpengaruh pada perwatakan Pramoedya
kecil, terutama tumbuhnya jiwa kerakyatan dan kebangsaan dalam dirinya,
meskipun hal ini sangat terbatas sejauh pemahamannya sebagai anak kecil. Selain ayahnya
orang yang sangat berpengaruh dalam kehidupan masa kecil Pramoedya, sosok ibunya
juga memberikan pengaruh yang tidak sedikit. Ibunya adalah seorang aktivis
perempuan bernama Oemi Saidah. Ia adalah anak dari seorang selir penghulu
Rembang yang telah melahirkan Oemi Saidah yang diceraikan dan diusir dari
kediaman penghulu. Kisah hidup neneknya yang demikian menjadi inspirasi bagi
Pramoedya untuk menulis roman Gadis
Pantai, sebuah unfinished
novel, karena roman itu sebenarnya adalah buku pertama dari sebuah
trilogi. Sangat disayangkan bahwa dua naskah lainnya hilang dalam huru-hara
1965, saat ketika banyak
naskah Pramoedya dirampas dan dibakar
sebelum sempat diterbitkan.
Ibu Pramoedya sendiri adalah seorang
perempuan yang lembut dan pada
waktu tertentu bisa berubah menjadi keras dan tegas. Dalam ingatan Pramoedya,
ia adalah sosok perempuan satu-satunya di dunia yang ia cintai dengan tulus. Di
waktu-waktu kemudian ternyata sosok ibu ditempatkan menjadi ukuran bagi
Pramoedya dalam menilai setiap perempuan yang ia
kenal. Selain itu, sosok ini pulalah
yang nampaknya menjadi figur yang banyak ia citrakan sebagai sosok seorang ibu
dalam beberapa ceritanya.
Misalnya dalam cerita pendek Yang Sudah Hilang ataupun
Kemudian
Lahirlah Dia, seorang ibu yang tegas namun penuh kasih sayang.
Dengan
latar belakang keluarga seperti itu, Pramoedya kemudian masuk sekolah dasar
yang dipimpin oleh ayahnya sendiri. Mengenai riwayat pendidikannya ini,
Pramoedya kecil bukanlah seorang siswa yang menonjol secara prestasi. Tiga
kali ia tidak naik kelas serta harus belajar langsung di bawah
pengawasan sang ayah. Dan ketika lulus dari kelas tujuh setelah mengenyam
sekolah dasar selama sepuluh tahun, ia justru diharuskan kembali
mengulang belajar di kelas tersebut oleh sang ayah yang masih
menganggap Pramoedya sebagai anak yang
bodoh.
Pramoedya kemudian meneruskan
pelajarannya di sebuah sekolah kejuruan
radio (Radio
Vakschool) di Surabaya atas biaya ibunya, karena sang ayah menolak
menyekolahkan Pramoedya di MULO (setingkat SLTP). Namun pecahnya
Perang Dunia II membuat ijazah sekolah itu tak pernah sampai di tangan
Pramoedya. Hal ini erat kaitannya dengan wajib militer
yang dikenakan kepada para pelajar
oleh pemerintah Jepang yang tidak disukai Pramoedya, sehingga ia memutuskan
untuk meninggalkan kursus tersebut
sebelum memperoleh ijazah.
Di awal penjajahan Jepang, Pramoedya
menemui kenyataan pahit karena
ibu yang sangat dicintainya meninggal pada 3 Juni 1942 akibat TBC. Kepergian
sang ibu sangat mengguncang hati Pramoedya. Setelah ibunya meninggal, Pramoedya
berusaha membantu mengurus keluarga, karena ia adalah anak sulung yang masih mempunyai
tujuh orang adik. Saat berumur 17 tahun, bersama adiknya Pramoedya diharuskan
meninggalkan rumah dan akhirnya memutuskan untuk pergi ke Jakarta, lalu tinggal
di rumah salah seorang pamannya.
Pertama kali datang ke Jakarta,
Pramoedya bekerja sebagai juru ketik
di kantor berita Jepang, Domei.
Di kantor ini Pramoedya mulai mencoba
menulis dan mengirimkannya ke koran Pemandangan,
namun tak ada satu karya pun dimuat. Selain itu Pramoedya juga pernah mendapat
kursus stenografi, ilmu ekonomi, sosiologi, sebelum akhirnya keluar dari
pekerjaannya, lalu melarikan diri dengan bersembunyi di sebuah desa bernama
Tanjung sampai masa kemerdekaan Indonesia.
Selain sebagai pengarang, Pramoedya
juga sangat suka melakukan riset
sejarah. Tetralogi Karya
Buru dan roman Arus
balik bisa disebut sebagai karya yang tak mungkin lahir tanpa
dilakukan riset sejarah yang mendalam. Riset sejarah kembali dilakukan
Pramoedya untuk penulisan
buku Panggil Aku Kartini Saja,
serta beberapa rangkaian karangan mengenai Multatuli yang sangat dikaguminya.
Karya Multatuli, Max
Havelaar,
pernah diterjemahkannya dan secara bersambung dirubrik kebudayaan Lentera,
namun pemuatannya tidak selesai.
Kemampuan bahasa Belanda Pramoedya
memang cukup baik meski di
masa kecilnya Pramoedya tidak begitu serius mempelajarinya. Selain Max Havelaar,
ia menerjemahkan sebuah buku berbahasa Belanda berjudul Moeder, Waarom
Leven Wij? (Ibu,
Mengapa Kita Hidup?) karangan Lode Zielends,
seorang yang bahasanya bagi orang Belanda sekarang pun tidak
mudah dipahami. Hal itu dilakukan
Pramoedya di masa mudanya dan masih banyak karya terjemahan Pramoedya yang
lain. Semuanya semakin memantapkan sosok Pramoedya bukan hanya sebagai
sastrawan, tetapi juga sebagai intelektual peneliti dan penterjemah.
Setelah merasa namanya sebagai
pengarang sudah cukup dikenal, akhirnya
pada tanggal 13 Januari 1950. Pramoedya menikah dengan seorang gadis yang telah
dilamarnya sejak ia masih berada dalam penjara Belanda.
Banyak karya-karyanya yang ditulis di
masa itu (sekitar tahun 1950-an). Integritasnya pada kesusasteraan kemudian
membuatnya mendapatkan beasiswa dari Sticusa (Stichting Culturele Samunwerking,
sebuah lembaga kebudayaan Indonesia Belanda) untuk bekerja di Nederland.
Beasiswa ini hanya dijalaninya selama enam bulan dari rencana satu tahun.
Ternyata kondisi keluarga yang
dibangunnya mulai memburuk di tahun
kelima perkawinan mereka, akhirnya Pramoedya bercerai dan tidak berapa lama
Pramoedya menikah lagi dengan gadis bernama Maimunah, anak H.A. Thamrin,
saudara kandung nasionalis terkemuka Mohammad Husni Thamrin. Pramoedya menikah
dalam situasi tanpa uang sedikitpun.
Meskipun begitu, dukungan
teman-temannya cukup berarti. Rivai Apin, A.S. Dharta, Ajip Rosidi, adalah
teman-temannya yang menghadiri pernikahan itu. Bahkan A.S. Dharta kemudian
memberinya proyek penerjemahan
novel Maxim Gorky berjudul Ibunda, untuk membantu
menyelesaikan persoalan ekonomi yang
berlarut-larut menimpanya. Sebelum
itu, Pramoedya sempat menerbitkan novel Korupsi
(1954) dan Midah
Si Manis Bergigi Emas (1954).
Pramoedya juga terlibat dalam
penyusunan surat Kepercayaan Gelanggang.
Ia juga aktif dalam berpolitik. Ia juga diangkat sebagai anggota Badan
Musyawarah Golongan Fungsional Kementrian Putera (Pergerakan Tenaga Rakyat).
Selain itu menjadi ketua “Discusi Club Simpati Sembilan”, sebuah kelompok
diskusi yang antara lain mencetuskan “kembali ke UUD 1945”, pada tanggal 22-28
januari 1959. Pramoedya juga terpilih sebagai anggota pimpinan pleno dalam
Kongres Nasional Lekra yang diadakan di Solo. Saat itulah secara resmi
Pramoedya mulai dilibatkan dalam Lekra.
Karena Lekra memiliki kedekatan dengan
PKI, maka para aktivis, simpatisan
dan siapapun yang diduga terlibat PKI banyak yang dipenjarakan
sebelum kemudian dibawa ke Pulau Buru, begitu juga dengan Pramoedya.
Selama Pramoedya diasingkan di Pulau
Buru, semangat menulisnya tidak
menjadi luntur. Bahkan dari Pulau Buru inilah lahir karya masterpiece
Pramoedya. Empat buah buku yang disusun sebagai tetralogi Karya Buru
berhasil ditulisnya, begitu juga dengan roman Arus Balik.
Pada hari Minggu pagi 30 April 2006 di
Utan Kayu, Jakarta Timur, Pramoedya
meninggal dunia karena penyakit infeksi paru-paru dan komplikasi diabetes. Dua
hal penting sepeninggal Pramoedya Ananta Toer adalah warisannya untuk dunia dan
perlakuan bangsa Indonesia terhadap warisan itu. Warisan Pram terbesar adalah
rasa cinta mendalam dari berbagai bangsa pada sebuah negeri bernama Indonesia,
sedangkan perlakuan
yang paling diharapkan adalah bagaimana warisan itu dapat diterima dan
dikembangkan dengan sebaik-baiknya
Langganan:
Postingan (Atom)